Bel Padepokan berbunyi 2x… Teeetttt…teeetttt… jam istirahat. Kelas 1C baru saja belajar silat di lapangan Kadhѐt laki-laki langsung bermain di lapangan, dan kadhѐt perempuan membeli makanan lalu siap berkumpul di kelas untuk bergosip ria.. 3 anak perempuan berperawakan gemuk (Lina, Tina, Nina) yang membawa bungkusan yang berisi makanan memasuki kelas. Dan mereka terkejut. Dan berbicara seperti berteriak.
- Lina : “Gyaaa… lucu banget”
- Tina : “Iyaa..lucu banget”
- Nina : “Lucu…lucu… boneka siapa ini?… lucu”
Anak perempuan yang lain mendengarnya dan bergegas melihat mereka bertiga. Dan dengan ekspresi yang hampir sama. “Lucu banget bonekanya….”. Dan seketika anak-anak perempuan berebutan untuk memegang boneka itu. Mereka sama-sama ingin menjamah sang boneka, tapi tiba-tiba boneka itu terpental dan jatuh ke lantai dengan kepala lebih dulu. Bledug… “WAAAAAA…. SAKIT…!!!!” (boneka itu berteriak). Boneka itu adalah Fanny Nur Alit.
++++++
Fanny Nur Alit sang pejuang kebersihan.
keras kepala, baik hati, loba masalah, pinter tp males, cuek tp sok te pede, dingin, pikasebeleun, humornya hanya sepadan dgn orang yg imajinasinya tinggi, rajin beberes, cinta kebersihan, stres sok kabagian beberes wae.
Suka tidur, tidak suka telat BAB, pakaian rapi, dan jangan coba-coba buang sampah sembarangan di depan dia.
Tubuhnya bisa mengeras seperti kayu. Tapi kayu yang jenisnya lebih kuat dari logam apapun. Dan ia baru menguasai satu jurus, yaitu jurus galah. Yakni memanjangkan tangan dan menusuk, seperti galah yang digunakan untuk memetik buah.
++++++
- Nur Alit : “Ada apa dengan kalian… Dasar bodoh… Gimana kalau kepalaku
pecah???”
- Kadhѐt perempuan: “WAAAAAA! Bonekanya bisa bicara…!!!” (dengan mata
berbinar-binar takjub)
- Nur Alit : “BODOH… Aku manusia… kalian anggap aku boneka? Sial…”
- Kadhѐt perempuan: “Ooooo…”
- Nur Alit : “Jiahhh… Dasar bodoh!” (sambil keluar dari kelas)
Nur Alit berjalan keluar kelas dengan santai dengan ekspresi wajah yang menyebalkan.
Di lapangan tampak Amir, Maman, Nakula, Sadewa dan Dewana sedang berbincang. Kening Amir diperban.
- Maman : “Anu, jadi tadi Amir kesiangan gara-gara kebelet ya?”
- Amir : “Ya begitulah. Ketika aku sedang terburu-buru eh ada Dewana turun dari atas pake tali. Aku kan ga sempat belok”
lalu mereka sama-sama tertawa
- Maman : “Oh… Anu, Kamu hebat sekali bisa melempar Amir sejauh itu.”
- Amir : “Iya… Aku terkejut… Orang sekecil kamu… ckckck…”
- Dewana : “Aku juga tidak tahu. Tapi aku tidak bermasud apa-apa kok Mir, Maaf ya”
- Amir : “Ga usah dipikirin. Aku bangga orang sekuat kamu masuk di kelas kita.”
“Ngomong-ngomong, tadi lucu ya liat Ki Sayuti nangis”
- Semua : “HAHAHAHA….”
- Dewana : “Oh ya, Amir sebagai permintaan maafku. Ini pisang untukmu” (amir
mengeluarkan satu sisir pisang yang besar sekali dari tasnya,
teman-temannya )
- Man+Amir : “UWAAAA… besar sekali.”
- Man+Amir : “Terima kasih Dewana” (Sambil mengambil satu buah pisang)
Amir dan Maman mengupas dan memakannya dengan lahap… “WAAA ENAK….!!!!” Lebay kompak. Setelah habis satu pisang, kulit pisang di lempar ke belakang mereka. Kemudian Amir dan Maman mengambil lagi satu dan siap memakannya. Tiba-tiba… Blep..Blep… Sesuatu menekan tangan mereka dan satu buah pisang yang besar bersama kulitnya langsung masuk ke dalam mulut masing-masing Amir dan Maman. Hngeekkkkkkk….
- Nur Alit : “Dasar orang-orang bodoh… Kalian g tahu apa yang kalian perbuat”
- Nur Alit : Menjejali Amir dan Maman dengan kulit pisang yang mereka buang
- Man+Amir : Hngeekkkkk…. Nghuwekkkk…. (mata mereka melotot, spt tercekik)
- Dewana : “Hei… Anak Kecil… Apa-apaan kamu? Mereka bisa mati tau…”
- Nur Alit : “JANGAN PANGGIL AKU ANAK KECIL… Sial…”
- Nur Alit : terus menjejalkan kulit pisang itu…
Dengan sangat cepat, Dewana sudah menarik kerah baju bagian belakang Nur Alit dan melemparnya bagitu saja. Nur Alit pun terpental dan jatuh dengan kepala lebih dulu. Bledug… ADUUUHHHH…
- Dewana : “APA-APAAN KAMU! Nanti bisa mati tau? Apa salah mereka?”
- Nur Alit : “SAKIT BODOH!!!…” “Mereka membuang sampah sembarangan…
Mereka tak berguna. Mereka pantas MATI…”
- Dewana : “Kamu pikir semudah itu mengambil nyawa orang. Mereka punya
cita-cita,
mereka punya harapan. Jangan ngomong seenaknya.
HIDUP MEREKA SANGAT BERHARGA!!!”
- Nur Alit : “MEREKA SAMA SAJA DENGAN SAMPAH YANG MEREKA BUANG!!!”
“MINGGIRRRR!!!
- Dewana : “Jangan harap.”
- Nur Alit : “GALAAAHHHH!!!!!”… (tangannya memanjang dan memukul
Dewana)
- Dewana : Terpental… Gubrak… “Apaan itu?”
Berusaha berdiri.
- Nur Alit : “Hehehe… Mau tau aja…”…. Saat dewana hampir tegak berdiri
“GALAAAHHHH!!!” Nur Alit melakukan serangan seperti tadi.
- Dewana : Menanggkap tangan Nur Alit dan membantingnya. “HIYAAA!!!”
- Nur Alit : JBETTT… “ mukanya membentur pohon. Lalu ia nyangkut diatas
pohon. “SIAAALLLL!!!”
Lalu terjadilah pertarungan Dewana dan Nur Alit. Dewana menggunakan jurus “banting” ― membanting musuh. Jurus lain Dewana yaitu “jeblag”― membuat orang lain terpental dengan mengayunkan tangan, belum bisa dikontrol, hanya muncul sekali-kali saja. Seorang kadhѐt lain ada yang melihat, langsung melapor pada Ki Sayuti.
Di ruang guru +++ Dinda: kadhѐt kelas IC sekelas dengan maman dkk.+++
- Dinda : “Ki Say, ada anak yang berantem di belakang sekolah”
- Ki Say : “Siapa?”
- Dinda : “Dewana dan yang satu lagi aku tidak kenal, mungkin kelas lain.”
- Ki Say : “Oke, terima kasih Dinda.”
- Dinda : “Sama-sama Ki, saya mohon diri”
- Ki say : manggut-manggut
Lalu ia melangkah ke ruangan Seksi 2. Tolong urus anak yang sedang berkelahi di belakang, Nyi. Aku lagi ngurus administrasi dua kadhѐt baru.. mereka telat masuk, jadi administrasinya harus segera diselesaikan.
- Nyi Asih : “Oke, percayakan sama saya”
Di belakang sekolah ―pertarungan Alit v.s. Dewana. Pertarungan tampak berjalan sengit, Alit tidak pernah merasa sakit walau dilempar begitu jauh oleh Dewana. Tapi Dewana yang wajahnya nampak sudah lemas dan terluka mulai melihat kelemahan Alit.
- Dewana : “kali ini pasti berhasil…. BANTING!!!!” (Alit dibanting dengan kepala jatu
terlebih dulu)
- Alit : Bledug…
“ADUUHHHH…”
- Dewana : “Hehehe… Akhirnya kamu merasakan sakit juga kan?”
- Alit : “SIAL KAU… GALAAAHHHH!!!!”
Tiba-tiba ada seseorang dengan kecepatan tinggi menepis tangan Alit. Tak!!!… seketika orang itu berada di depan alit dan langsung menotok kening Alit. Alit tak bisa bergerak. Dalam waktu yang begitu singkat orang itu sudah berada dibelakang Dewana dan menotok leher Dewana. Dewana pun tak berkutik. Lalu nampaklah seorang perempuan setengah baya dengan tusuk konde di atas rambutnya yang digulung.
+++ Nyi Asih. Ketua Seksi 2: Masalah Perkadetan.+++
Bersambung ....