Sabtu, 14 Mei 2011

Ch-2 Fanny Nur Alit

Bel Padepokan berbunyi 2x… Teeetttt…teeetttt… jam istirahat. Kelas 1C baru saja belajar silat di lapangan Kadhѐt laki-laki langsung bermain di lapangan, dan kadhѐt perempuan membeli makanan lalu siap berkumpul di kelas untuk bergosip ria.. 3 anak perempuan berperawakan gemuk (Lina, Tina, Nina) yang membawa bungkusan yang berisi makanan memasuki kelas. Dan mereka terkejut. Dan berbicara seperti berteriak.

- Lina : “Gyaaa… lucu banget”

- Tina : “Iyaa..lucu banget”

- Nina : “Lucu…lucu… boneka siapa ini?… lucu”

Anak perempuan yang lain mendengarnya dan bergegas melihat mereka bertiga. Dan dengan ekspresi yang hampir sama. “Lucu banget bonekanya….”. Dan seketika anak-anak perempuan berebutan untuk memegang boneka itu. Mereka sama-sama ingin menjamah sang boneka, tapi tiba-tiba boneka itu terpental dan jatuh ke lantai dengan kepala lebih dulu. Bledug… “WAAAAAA…. SAKIT…!!!!” (boneka itu berteriak). Boneka itu adalah Fanny Nur Alit.

++++++

Fanny Nur Alit sang pejuang kebersihan.

keras kepala, baik hati, loba masalah, pinter tp males, cuek tp sok te pede, dingin, pikasebeleun, humornya hanya sepadan dgn orang yg imajinasinya tinggi, rajin beberes, cinta kebersihan, stres sok kabagian beberes wae.

Suka tidur, tidak suka telat BAB, pakaian rapi, dan jangan coba-coba buang sampah sembarangan di depan dia.

Tubuhnya bisa mengeras seperti kayu. Tapi kayu yang jenisnya lebih kuat dari logam apapun. Dan ia baru menguasai satu jurus, yaitu jurus galah. Yakni memanjangkan tangan dan menusuk, seperti galah yang digunakan untuk memetik buah.

++++++

- Nur Alit : “Ada apa dengan kalian… Dasar bodoh… Gimana kalau kepalaku

pecah???”

- Kadhѐt perempuan: “WAAAAAA! Bonekanya bisa bicara…!!!” (dengan mata

berbinar-binar takjub)

- Nur Alit : “BODOH… Aku manusia… kalian anggap aku boneka? Sial…”

- Kadhѐt perempuan: “Ooooo…”

- Nur Alit : “Jiahhh… Dasar bodoh!” (sambil keluar dari kelas)

Nur Alit berjalan keluar kelas dengan santai dengan ekspresi wajah yang menyebalkan.

Di lapangan tampak Amir, Maman, Nakula, Sadewa dan Dewana sedang berbincang. Kening Amir diperban.

- Maman : “Anu, jadi tadi Amir kesiangan gara-gara kebelet ya?”

- Amir : “Ya begitulah. Ketika aku sedang terburu-buru eh ada Dewana turun dari atas pake tali. Aku kan ga sempat belok”

lalu mereka sama-sama tertawa

- Maman : “Oh… Anu, Kamu hebat sekali bisa melempar Amir sejauh itu.”

- Amir : “Iya… Aku terkejut… Orang sekecil kamu… ckckck…”

- Dewana : “Aku juga tidak tahu. Tapi aku tidak bermasud apa-apa kok Mir, Maaf ya”

- Amir : “Ga usah dipikirin. Aku bangga orang sekuat kamu masuk di kelas kita.”

“Ngomong-ngomong, tadi lucu ya liat Ki Sayuti nangis”

- Semua : “HAHAHAHA….”

- Dewana : “Oh ya, Amir sebagai permintaan maafku. Ini pisang untukmu” (amir

mengeluarkan satu sisir pisang yang besar sekali dari tasnya,

teman-temannya )

- Man+Amir : “UWAAAA… besar sekali.”

- Man+Amir : “Terima kasih Dewana” (Sambil mengambil satu buah pisang)

Amir dan Maman mengupas dan memakannya dengan lahap… “WAAA ENAK….!!!!” Lebay kompak. Setelah habis satu pisang, kulit pisang di lempar ke belakang mereka. Kemudian Amir dan Maman mengambil lagi satu dan siap memakannya. Tiba-tiba… Blep..Blep… Sesuatu menekan tangan mereka dan satu buah pisang yang besar bersama kulitnya langsung masuk ke dalam mulut masing-masing Amir dan Maman. Hngeekkkkkkk….

- Nur Alit : “Dasar orang-orang bodoh… Kalian g tahu apa yang kalian perbuat”

- Nur Alit : Menjejali Amir dan Maman dengan kulit pisang yang mereka buang

- Man+Amir : Hngeekkkkk…. Nghuwekkkk…. (mata mereka melotot, spt tercekik)

- Dewana : “Hei… Anak Kecil… Apa-apaan kamu? Mereka bisa mati tau…”

- Nur Alit : “JANGAN PANGGIL AKU ANAK KECIL… Sial…”

- Nur Alit : terus menjejalkan kulit pisang itu…

Dengan sangat cepat, Dewana sudah menarik kerah baju bagian belakang Nur Alit dan melemparnya bagitu saja. Nur Alit pun terpental dan jatuh dengan kepala lebih dulu. Bledug… ADUUUHHHH…

- Dewana : “APA-APAAN KAMU! Nanti bisa mati tau? Apa salah mereka?”

- Nur Alit : “SAKIT BODOH!!!…” “Mereka membuang sampah sembarangan…

Mereka tak berguna. Mereka pantas MATI…”

- Dewana : “Kamu pikir semudah itu mengambil nyawa orang. Mereka punya

cita-cita,

mereka punya harapan. Jangan ngomong seenaknya.

HIDUP MEREKA SANGAT BERHARGA!!!”

- Nur Alit : “MEREKA SAMA SAJA DENGAN SAMPAH YANG MEREKA BUANG!!!”

“MINGGIRRRR!!!

- Dewana : “Jangan harap.”

- Nur Alit : “GALAAAHHHH!!!!!”… (tangannya memanjang dan memukul

Dewana)

- Dewana : Terpental… Gubrak… “Apaan itu?”

Berusaha berdiri.

- Nur Alit : “Hehehe… Mau tau aja…”…. Saat dewana hampir tegak berdiri

“GALAAAHHHH!!!” Nur Alit melakukan serangan seperti tadi.

- Dewana : Menanggkap tangan Nur Alit dan membantingnya. “HIYAAA!!!”

- Nur Alit : JBETTT… “ mukanya membentur pohon. Lalu ia nyangkut diatas

pohon. “SIAAALLLL!!!”

Lalu terjadilah pertarungan Dewana dan Nur Alit. Dewana menggunakan jurus “banting” ― membanting musuh. Jurus lain Dewana yaitu “jeblag”― membuat orang lain terpental dengan mengayunkan tangan, belum bisa dikontrol, hanya muncul sekali-kali saja. Seorang kadhѐt lain ada yang melihat, langsung melapor pada Ki Sayuti.

Di ruang guru +++ Dinda: kadhѐt kelas IC sekelas dengan maman dkk.+++

- Dinda : “Ki Say, ada anak yang berantem di belakang sekolah”

- Ki Say : “Siapa?”

- Dinda : “Dewana dan yang satu lagi aku tidak kenal, mungkin kelas lain.”

- Ki Say : “Oke, terima kasih Dinda.”

- Dinda : “Sama-sama Ki, saya mohon diri”

- Ki say : manggut-manggut

Lalu ia melangkah ke ruangan Seksi 2. Tolong urus anak yang sedang berkelahi di belakang, Nyi. Aku lagi ngurus administrasi dua kadhѐt baru.. mereka telat masuk, jadi administrasinya harus segera diselesaikan.

- Nyi Asih : “Oke, percayakan sama saya”

Di belakang sekolah ―pertarungan Alit v.s. Dewana. Pertarungan tampak berjalan sengit, Alit tidak pernah merasa sakit walau dilempar begitu jauh oleh Dewana. Tapi Dewana yang wajahnya nampak sudah lemas dan terluka mulai melihat kelemahan Alit.

- Dewana : “kali ini pasti berhasil…. BANTING!!!!” (Alit dibanting dengan kepala jatu

terlebih dulu)

- Alit : Bledug…

“ADUUHHHH…”

- Dewana : “Hehehe… Akhirnya kamu merasakan sakit juga kan?”

- Alit : “SIAL KAU… GALAAAHHHH!!!!”

Tiba-tiba ada seseorang dengan kecepatan tinggi menepis tangan Alit. Tak!!!… seketika orang itu berada di depan alit dan langsung menotok kening Alit. Alit tak bisa bergerak. Dalam waktu yang begitu singkat orang itu sudah berada dibelakang Dewana dan menotok leher Dewana. Dewana pun tak berkutik. Lalu nampaklah seorang perempuan setengah baya dengan tusuk konde di atas rambutnya yang digulung.

+++ Nyi Asih. Ketua Seksi 2: Masalah Perkadetan.+++

Bersambung ....

Kamis, 05 Mei 2011

PADEPOKAN ALIT Ch 1 - Chandra Dewana

Awal cerita. Pagi yang cerah di Padepokan Alit Desa Sukaraja. Di awal bulan Safar tahun Saka ke 1004, berarti ini berarti sudah hampir satu bulan para Kadhѐt belajar sejak tahun ajaran baru dimulai. Di halaman Padepokan Alit, tampak para Kadhѐt cilik yang baru masuk berderet, mereka sedang melakukan latihan silat. Sang guru silat kadhѐt cilik ini adalah Ki Sayuti.

++++++

Ki Sayuti

Ketua Seksi I: Penanganan kadhѐt baru dan kadhѐt cilik, juga menangani administrasi murid masuk dan keluar.

Usia: 38 tahun, tinggi: 170 cm, berat 51 kg, agak kurus.

++++++

- Ki Sayuti : “Assalamu’alaikum…Apa kabar anak-anakku semua”

- Para Kadhѐt : “Alhamdulillah, Sehat semua Ki”

- Ketua Kadhѐt : ”Anu ki, satu orang belum hadir Ki”

(Maman)

++++++

Maman Sukmana

Ketua Kadhѐt cilik kelas 1. Sangat cekatan untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan kepadanya. Ketua Kadhѐt yang berdedikasi tinggi. Dia selalu menggunakan kata “anu” di awal kalimat yang ia ucapkan.

++++++

- Ki Sayuti : “Siapa yang belum hadir?”

- Maman : “Anu Ki, Amir”

- Ki Sayuti : “ Amir?” (Ki Sayuti heran, tidak seperti biasanya)

Tiba-tiba, ada seseorang terlempar ke lapangan. Nampak seorang anak berpengawakan besar dengan wajah dan tubuh bonyok habis dipukuli. Sontak para Kadhѐt wanita cilik menjerit. “Aaaawwww”

- Maman : “Anu, Amir!”

- Amir : “Maman… Ki Say…” (berkata pelan seolah berbicara pun sulit)

- Ki Sayuti : “Ada apa Amir?”

- Amir : “Itu…” (sambil menujuk ke suatu arah kemudian terkulai pingsan)

- Maman : “Anu, Amiirrrr…” (pekik maman…dramatis lebay…)

Dari arah yang Amir tunjuk, munculah sosok anak yang berbaju kumal. Seluruh mata langsung tertuju padanya. Mengetahui anak itu yang membuat Amir K.O. begitu. Maman memberikan kode kepada Kadhѐt cilik yang lain untuk menyerang. Satu orang kadhѐt yang lebih besar dari Amir maju. Tapi belum 1 menit anak itu terpental. Kemudian 5 orang kadhѐt cilik lain mengepung, tapi kemudian terpental juga. Kemudian lebih dari 10 anak menyerang secara serentak tetapi tetap gagal. Kemudian dipuncak kemarahannya Maman pun bersiap untuk menyerang. Tetapi sepasang tangan cilik menahan Maman. Tampak dua orang anak yang lebih kecil dari yang lain tampak masing-masing membawa 2 gada kecil. Rupannya Nakula dan Sadewa si kembar.

++++++

Nakula Sang kakak. Sadewa Sang adik. Kadhѐt cilik berbakat

++++++

- Ki Sayuti : “Hey Kalian” (Ki Say… Memanggil Nakula, Sadewa dan anak berandalan itu)

Saat mereka menoleh ke arah Ki Say. Tiba-tiba. ..Sleb!.. serasa ada yang menusuk dada masing. Lalu ketiga anak itu berlutut sambil bergetar. Nampak jelas ekspresi kaget dan takut.

- Ki Sayuti : “Apa yang kamu mau anak kecil?”

- Anak Kecil : (tiba-tiba bercuran air mata dan menangis dengan keras)

“Belajaaaarrrr…..”

Kembali ke 10 menit yang lalu.

Di depan gerbang Padepokan Alit, dua orang penjaga sedang berbincang. Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri.

- Dewana : “Paman, namaku Chandra Dewana, aku ingin belajar di Padepokan ini”

- Penjaga 1: “Anak kecil, dengan siapa kamu kemari?”

- Dewana : “Sendiri… Izinkan aku masuk aku mau belajar, aku sudah membawa semuanya”

“Tas, buku tulis, pensil, aku sudah siap sekolah.”

- Penjaga 2 : “Kalau sudah siap sekolah. Sana cari orang tuamu dulu, biar dia yang

mendaftarkan dan membiayai sekolahmu.”

- Dewana : “Aku tak punya orang tua untuk mendaftar dan membiayai sekolahku. Tapi…”

- Penjaga 2 : “Kalau begitu kamu tidak bisa belajar di sini”

- Dewana : “Begitu ya…” (dewana tertunduk) “Baiklah…” (dewana berlari…)

Rupanya Dewana berlari mencari jalan lain untuk masuk. Ia pergi ke pohon besar di samping padepokan alit. Dahannya menyebrang ke halaman padepokan alit yang dikelilingi benteng yang besar. Dewana sudah mempersiapkan semuanya. Ia sangat pandai menyelinap. Ia menggunakan tali yang diikatkan ke perutnya untuk turun, layaknya agen FBI yang sedang bertugas. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang berlari seperti banteng. Rupanya itu Amri yang sedang buru-buru karena telat masuk. Karena Amri sarapan dengan rendang yang pedas, saat tiba disekolah ia harus mendekam di WC agak lama.

- Amri :“MINGGIR ANAK KECIL!” (Amri sedang berlari dan baru menyadari ada orang

didepanya.)

- Dewana : “WAAAA…” (Dewana yang kaget reflek membanting Amri)

- Amri : Terbangun dari jatuhnya Amri marah.

- Dewana : “Ma..maaf…”

- Amri : “Mati KAU!” (Amri langsung menyerang, tetapi Dewana langsung menghindar

dan kabur)

- Dewana : “MAAF….” (sambil berlari, tetapi tali panjat masih terikat diperutnya)

Amri terus mengejar. Dewana terus berlari namun tiba-tiba, Srett… Gubrag… amri menarik talinya, seketika Dewana terjatuh. Dewana berusaha melepaskan talinya. Sementara Amri semakin dekat. Amri pun siap memukul. Saat pukulan Amri hampir mengenai Dewana. Tiba-tiba.

- Amri : “AAAAA!!!!” (Amri terpental jauh ke tempat kadhѐt cilik yang sedang berlatih)

- Dewana : “Ma…maaf…!”

Tiba-tiba tanpa basa-basi datang seseorang yang lebih besar menyerang. Dewana langsung mengayunkan tangannya dan anak itupun terpental. Begitu pula dengan 15 anak yang lainnya. Tinggal Nakula, Sadewa dan Maman yang tersisa. Tapi tiba-tiba Ki Sayuti memanggil dan saat ia menatap mata Ki Sayuti tiba-tiba munculah rasa takut yang hebat. Lalu Dewana menangis sekeras-kerasnya.

- Dewana : “Aku ingin belajar disini… HWA..HWA…HWA…!!!!”

Bersambung….